#TM9.Transportation Risk.Sabtu.171118
Transportation Risk Management Process
Step 1—Risk Identification
Identifikasi risiko yang akurat dan rinci sangat penting untuk manajemen risiko yang efektif. Dengan demikian, langkah pertama dalam mengembangkan program manajemen risiko transportasi yang efektif adalah mengidentifikasi gangguan potensial yang dapat terjadi pada pengiriman barang yang bergerak melalui rantai pasokan. Ini melibatkan upaya bersama untuk menemukan, mendefinisikan, mendeskripsikan, mendokumentasikan, dan mengkomunikasikan risiko sebelum menjadi masalah dan mempengaruhi arus barang.Tujuan identifikasi risiko adalah untuk menangkap sebanyak mungkin risiko gangguan transportasi.
Step 2—Risk Assessment
Mengevaluasi risiko transportasi adalah proposisi yang menantang karena mereka tidak mempengaruhi organisasi secara sama. Risiko dan dampak potensial mereka dipengaruhi oleh strategi rantai suplai, mode yang digunakan, dan kemampuan operasional. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan berfokus pada pengiriman material tepat waktu untuk pabrik perakitan mereka, penundaan pengiriman menimbulkan risiko tinggi untuk mematikan jalur produksi. Sebaliknya, penundaan pengiriman tidak sebesar masalah bagi perusahaan yang menyimpan bahan mentah satu bulan penuh.
Step 3—Risk Management Strategies
Dengan menggunakan output dari penilaian risiko, langkah berikutnya adalah menciptakan strategi yang koheren untuk mengelola dan memitigasi risiko transportasi dengan cara yang hemat biaya. Strategi koordinasi mengidentifikasi upaya khusus, tindakan, dan perubahan prosedural yang harus diambil oleh manajemen untuk mengurangi risiko prioritas tinggi. Tujuannya adalah untuk menurunkan probabilitas terjadinya risiko dan / atau meminimalkan dampak negatif jika risiko terjadi. Risiko tidak akan pernah bisa dihilangkan sama sekali, tetapi frekuensi dan pengaruhnya terhadap organisasi dapat dikurangi jika ditangani dengan benar.
Step 4—Risk Review and Monitoring
Perencanaan manajemen risiko bukanlah proses satu kali yang statis. Organisasi tidak dapat menganalisis risiko, mengembangkan rencana, dan hanya berasumsi bahwa rencana tersebut dapat dilaksanakan secara sempurna sesuai kebutuhan. Sebaliknya, proses pengujian dan peninjauan harus dilembagakan untuk memastikan bahwa upaya mitigasi risiko yang ada dan proses pemulihan gangguan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian, manajemen risiko memerlukan upaya berkelanjutan oleh organisasi. Melakukan tes rencana tindakan manajemen risiko adalah satu-satunya cara untuk mengetahui bahwa mereka benar-benar akan bekerja ketika gangguan benar terjadi. Inisiatif pengujian ini harus menunjukkan dan mengukur efektivitas kegiatan mitigasi risiko. Perhatian utama pada tahap ini adalah untuk memvalidasi proses dan kemampuannya untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang tidak dapat diterima.
Referensi :
Coyle, J.J., Novack, R.A., Gibson, B.J., & Bardi, E.J. (2011). Transportation:A supply chain perspective. Mason, USA: South-Western Cengage Learning (Hal 290-316)
Step 1—Risk Identification
Identifikasi risiko yang akurat dan rinci sangat penting untuk manajemen risiko yang efektif. Dengan demikian, langkah pertama dalam mengembangkan program manajemen risiko transportasi yang efektif adalah mengidentifikasi gangguan potensial yang dapat terjadi pada pengiriman barang yang bergerak melalui rantai pasokan. Ini melibatkan upaya bersama untuk menemukan, mendefinisikan, mendeskripsikan, mendokumentasikan, dan mengkomunikasikan risiko sebelum menjadi masalah dan mempengaruhi arus barang.Tujuan identifikasi risiko adalah untuk menangkap sebanyak mungkin risiko gangguan transportasi.
Step 2—Risk Assessment
Mengevaluasi risiko transportasi adalah proposisi yang menantang karena mereka tidak mempengaruhi organisasi secara sama. Risiko dan dampak potensial mereka dipengaruhi oleh strategi rantai suplai, mode yang digunakan, dan kemampuan operasional. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan berfokus pada pengiriman material tepat waktu untuk pabrik perakitan mereka, penundaan pengiriman menimbulkan risiko tinggi untuk mematikan jalur produksi. Sebaliknya, penundaan pengiriman tidak sebesar masalah bagi perusahaan yang menyimpan bahan mentah satu bulan penuh.
Step 3—Risk Management Strategies
Dengan menggunakan output dari penilaian risiko, langkah berikutnya adalah menciptakan strategi yang koheren untuk mengelola dan memitigasi risiko transportasi dengan cara yang hemat biaya. Strategi koordinasi mengidentifikasi upaya khusus, tindakan, dan perubahan prosedural yang harus diambil oleh manajemen untuk mengurangi risiko prioritas tinggi. Tujuannya adalah untuk menurunkan probabilitas terjadinya risiko dan / atau meminimalkan dampak negatif jika risiko terjadi. Risiko tidak akan pernah bisa dihilangkan sama sekali, tetapi frekuensi dan pengaruhnya terhadap organisasi dapat dikurangi jika ditangani dengan benar.
Step 4—Risk Review and Monitoring
Perencanaan manajemen risiko bukanlah proses satu kali yang statis. Organisasi tidak dapat menganalisis risiko, mengembangkan rencana, dan hanya berasumsi bahwa rencana tersebut dapat dilaksanakan secara sempurna sesuai kebutuhan. Sebaliknya, proses pengujian dan peninjauan harus dilembagakan untuk memastikan bahwa upaya mitigasi risiko yang ada dan proses pemulihan gangguan berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan demikian, manajemen risiko memerlukan upaya berkelanjutan oleh organisasi. Melakukan tes rencana tindakan manajemen risiko adalah satu-satunya cara untuk mengetahui bahwa mereka benar-benar akan bekerja ketika gangguan benar terjadi. Inisiatif pengujian ini harus menunjukkan dan mengukur efektivitas kegiatan mitigasi risiko. Perhatian utama pada tahap ini adalah untuk memvalidasi proses dan kemampuannya untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang tidak dapat diterima.
Referensi :
Coyle, J.J., Novack, R.A., Gibson, B.J., & Bardi, E.J. (2011). Transportation:A supply chain perspective. Mason, USA: South-Western Cengage Learning (Hal 290-316)
Komentar
Posting Komentar