#TM11.SISTRANAS T/REL.SABTU.011218 (STRATEGI AKSESIBILITAS: KETERPADUAN INTRA&ANTARMODA

A. PT Kereta Commuter Indonesia
PT KAI Commuter Jabodetabek sejak tanggal 19 September 2017 telah berganti nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mengelola KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya. KCJ dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Perubahan nama menjadi KCI tertuang dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 7 September 2017 yang juga telah mendapat Persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dengan Nomor Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.AHU-0019228.AH.01.02.Tahun 2017 tanggal 19 September 2017.
Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholdernya untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi masalah transportasi perkotaan yang semakin kompleks. Perseroan ini resmi menjadi anak perusahaan PT KERETA API INDONESIA (Persero) sejak tanggal 15 September 2008.
Kehadiran KCI dalam industri jasa angkutan KA Commuter bukanlah kehadiran yang tiba-tiba, tetapi merupakan proses pemikiran dan persiapan yang cukup panjang. Dimulai dengan pembentukan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek oleh PT KAI (Persero), yang terpisah dari PT KAI (Persero) Daop 1 Jakarta.
Setelah pemisahan ini, pelayanan KRL di wilayah Jabotabek berada di bawah PT KAI (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek sementara pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT KAI Daop 1 Jakarta.
Dan akhirnya PT KAI (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas, PT KCJSetelah menjadi perseroan terbatas, perusahaan ini mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Tugas pokok perusahaan yang baru ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.
KCI memulai modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011 dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi lima rute utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan kereta khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi kereta Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta yang dilakukan bersama PT KAI (persero) dan Pemerintah
B. PT. Kereta Api Indonesia 
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm. Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). 
Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang.


Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang. Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).


Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada tanggal 25 Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air. Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1998. 
Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan/grup usaha yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Commuter Indonesia (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen (2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015).

C. Railink

PT Railink adalah anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura II yang menawarkan layanan transportasi umum berbasis kereta api yang disebut Airport Train. Sejak didirikan pada tanggal 28 September 2006, PT Railink telah berhasil mengoperasikan kereta Bandara Kualanamu sebagai kereta bandara pertama di Indonesia pada 25 Juli 2013. Kedatangannya telah meningkatkan kredibilitas internasional Bandara Kualanamu dalam bentuk Penilaian Bintang-Bintang pada penilaian Skytrack pada tahun 2014. Setelah 3 tahun, Kereta Bandara Kualanamu semakin berkembang, PT Railink siap menghadirkan Kereta Bandara baru di Ibukota Indonesia: Kereta Bandara Soekarno-Hatta (BSH).


Kereta Bandara Soekarno-Hatta akan melayani rute Manggarai - Bandara Soekarno-Hatta yang membentang sejauh 36,3 km, melewati Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, Stasiun Bekasi, dan Stasiun Batuceper. Kereta ini melayani total 70 keberangkatan setiap hari dengan headway 30 menit, jam kerja yang terus ditingkatkan dengan perubahan jadwal penerbangan, dan kapasitas membawa 33.728 penumpang per hari.

Kondisi Saat Ini 

Kereta api menjadi sorotan utama bagaimana sebuah indikator kemajuan dalam bidang transportasi ini diukur. Perbaikan transportasi publik di Indonesia, seperti sistem perkeretaapian dan kotanya, akan sangat signifikan berkontribusi terhadap kemajuan perekonomian Indonesia. Bagaimana tidak, Kereta api adalah moda transportasi dengan jumlah pengguna mencapai 30,9 juta orang selama Januari 2017. Angka ini tertinggi jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya, seperti pesawat dan kapal laut.
Namun jika melihat kondisi saat ini tentu kita masih sangat jauh tertinggal dari negara lain. Jepang sudah mempunyai sebuah kereta berkecepatan tinggi dimana negara lain juga berlomba mengejar sebuah terobosan mutakhir. Sebut saja project hyperloop yang mampu mencapai 1.200 km/jam.
Jika melirik Indonesia, hal tersebut masih susah untuk dikejar karena Indonesia bisa dikatakan tertinggal sekitar 30-40 tahun. Namun, Bicara kereta api kita bukan hanya bicara tentang seberapa mutakhir si kereta besi ini saja, namun semua elemen pendukung bagaimana kereta api ini berjalan dari stasiun, sistem tiket, ketepatan jadwal, kenyamanan fasilitas indoor dan pelayanan yang excelent hingga attitude para penumpang. Semua elemen ini harus dibenahi demi terwujudnya sebuah mimpi besar mengejar ketertinggalan.
Mimpi menjadi besar bukanlah hal yang salah. Mimpi besar ini pun harus terus dipupuk untuk sebuah masa depan perkeretaapian Indonesia yang lebih humanis. 
Tindakan tidak populis ini ternyata mampu membuat PT KAI menjadi salah satu BUMN dengan inovasi dan transformasi terbaik. Jika masih anda ingat, tahun 2012 KAI menyabet 4 gelar dalam anugerah bumn dan menjadi BUMN terbaik 2012 yang mengantarkan Bapak Ignatius Jonan menjadi CEO BUMN terbaik.
Ada pro dan kontra dari hasil yang dilakukan memang. Sampai saat ini pun luka itu masih dirasakan oleh beberapa pihak. Walau beberapa orang mendapatkan sebuah harapan yang jauh lebih besar dari luka yang dikorbankan.
Berubah untuk sebagian orang adalah sebuah hal yang tidak mudah. Perubahan itu mungkin adalah sebuah hal yang mudah bagi mereka yang masih kecil tapi hal itu akan menjadi sangat berat bagi mereka yang sudah besar. Ibarat sebuah kapal, kapal kecil mempunyai kemampuan berbelok yang mudah dan cepat sedangkan kapal dengan ribuan orang didalamnya berbelok sedikit saja sangatlah susah dan membutuhkan effort dan waktu yang lama.
Begitu pula analogi tersebut diberikan pada Kereta Api Indonesia. Sebagai sebuah institusi besar pasti ada pengorbanan yang terkadang pedih untuk dirasakan namun, demi sebuah harapan yang lebih besar maka perubahan itu layak diperjuangkan. Transformasi itu penting jika memang ingin bertahan

Refrensi:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

kunjungan ilmiah ke PT. CIPTA KRIDA BAHARI

INTERNATIONAL MULTIMODA & FREIGHT FORWARDING

WAREHOUSE LAYOUT